ADMIN. Besok adalah tepat tanggal 12 Rabi’ul awwal di tahun 1439 Hijriyah, dimana pada esok hari adalah hari kelahiran Junjunan Alam Baginda Rosululloh SAW.
Dalam rangka turut serta ta’dzhiman (mengagungkan) dan Takriiman (Memuliakan) Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H, pemerintah Desa Cipedes bersama MAjelis Ulama Desa Cipedes kembali menggelar do’a bersama, bersholawat dan membacakan maulid barzanji sebagai bentuk rasa syukur pemerintah Desa Cipedes atas segala hidayah,rahmat dan anugerah yang telah diberikan kepada Desa Cipedes sekaligus berdo’a dan berharap semoga Desa Cipedes warga-warganya dapat meneladani akhlak Rosululloh SAW.
Acara akan digelar pada hari RAbu malam kamis tanggal 06 bulan Desember 2017 yang mana bertepatan dengan tanggal 17 Robi’ul Awwal tahun 1439 Hijriyah pukul 19.30 sampai dengan pukul 23.00 WIB. Acara tersebut juga dilaksanakan bersamaan dengan syukuran pembangunan GOR dan Kantor Kepala Desa Cipedes yang mana telah dibangun dari mulai bulan oktober dan akan selesai di minggu pertama bulan Desember 2017. Acara akan diisi dengan tawassul, berdzikir bersama, gema sholawat dan pembacaan mauled barzanji.
Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi penting untuk dikaji, ditelaah dan diselami agar perayaan dan tradisi untuk memperingati kelahiran baginda Nabi Muhammad tidak sebatas pada seremonial belaka, tetapi mengandung makna yang filosofis-substantif.
Kata maulid sama artinya dengan milad yang diambil dari bahasa Arab dengan arti: "hari lahir". Peringatan terhadap kelahiran baginda Nabi Muhammad ternyata bukanlah tradisi yang ada ketika rasul hidup.
Perayaan ini menjadi tradisi dan berkembang luas dalam masyarakat dan kehidupan umat Islam dari berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, jauh sesudah Rasulullah Muhammad saw wafat.
Jadi, selama rasul hidup ternyata tidak ada namanya tradisi maulid nabi, bahkan pada zaman sahabat sekalipun. Lantas, bagaimana sejarah dan asal usul adanya tradisi maulid nabi besar Muhammad saw?
Peringatan itu kali pertama dilakukan Raja Irbil yang saat ini berada di wilayah Irak, yakni Muzhaffaruddin al kaukabri pada sekitar abad ke-7 hijriah.
Perayaan itu dilakukan pada bulan Rabi'ul Awal dan dirayakan secara besar-besaran. Tradisi ini kemudian berkembang pesat dan luas di seluruh dunia hingga Indonesia.
Bisa dibayangkan, pada zaman rasul, sahabat dan sesudahnya ternyata peringatan maulid nabi tidak ada. Setelah selang waktu sekitar 600 hingga 700 tahun kemudian, tradisi itu muncul. Karena itu, jika tidak mengerti arti, makna dan hikmah maulid besar nabi Muhammad saw justru menimbulkan "hura-hura" seremonial saja tanpa ada makna yang substantif.
Oleh karena itu admin mencoba memperdalam tentang arti dan makna dibalik peringatan mauled nabi Muhammad SAW.
Arti maulid nabi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, maulid sama halnya dengan milad yang artinya hari lahir. Jadi, maulud nabi bisa diartikan sebagai hari lahir baginda rasulullah Muhammad saw.
Seperti hari kelahiran pada umumnya yang dirayakan dengan ulang tahun atau birthday, maulid nabi dirayakan dengan tujuan memperingati ulang tahun kelahiran tokoh besar umat Islam, yakni Baginda Muhammad Saw.
Makna maulid nabi
Dengan adanya seremonial maulid nabi, umat Islam diharapkan bisa mengingat kembali betapa gigih perjuangan rasul dalam merintis dan mengembangkan ajaran Islam di tengah tradisi dan budaya Arab yang waktu itu dalam keadaan jahiliyah.
Satu hal yang harus dilakukan umat Muslim ketika merayakan maulid nabi adalah meneladani sikap dan perbuatan, terutama akhlak mulia nan agung dari baginda nabi besar Muhammad saw.
Bukan hanya seremonial belaka, perayaan itu mestinya diresapi dalam hati yang begitu dalam dan mencoba untuk meneladani dan mempraktikkan akhlak mulia dari nabi.
Saat melontarkan pujian-pujian dan sholawat yang begitu menggebu-gebu, hendaknya tidak hanya ditujukan kepada fisik maupun keduniawiannya saja tetapi juga akhlak nabi yang begitu agung dan mulia.
Dalam hal ibadah, akhlak mulia dan agung dari nabi itulah yang harus ditiru, dicontoh dan diteladani. Padahal kita tahu, Islam sebagai agama yang dibawa nabi Muhammad adalah rahmatan lil alamin.
Artinya, Islam membawa rahmat bagi alam semesta, bukan hanya umat Muslim saja atau manusia saja, tetapi semua makhluk seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alamnya.
Hikmah maulid nabi
Terkadang seremonial itu perlu. Hal ini untuk mengingatkan kembali tentang betapa hebat perjuangan beliau dan akhlak serta moralitas beliau.
Manusia itu tempatnya lupa. Meski setiap hari sholawat, tetapi kalau hati tidak meresapinya pasti lupa dengan makna substantif dari shalawat.
Dengan adanya maulid, manusia atau umat Muslim diharapkan bisa tergugah kembali untuk selalu berikhtiar secara konstan dalam meneladani dan mengamalkan ajaran-ajaran serta akhlak baginda nabi Muhammad saw.